Aku MAHASISWA

Jum’at, 5 Nov 2011

Malam hari, di bawah rintikan hujan, berjalan setengah berlari langkahku membelah genangan air hujan sepanjang jalan dari sekre KM ITB menuju sekre Ubala di Sunken Court.  Tanpa payung aku terus melangkah, tetesan air hujan kurasakan membasahi kemeja unguku.  Dingin.  Segenap rasa dingin pun mulai menjalar dari ujung kakiku, rembesan genangan air hujan mulai menembus sepatu kanvasku.

Bergelut dengan hujan dan rasa dingin, nafasku mulai terengah-engah.  Apakah aku benar-benar tersugesti.  Ya, teman-temanku di jurusan, di kominfo kabinet sedang ramai membicarakan mengenai debu Merapi yang telah mencapai Bandung.  Tak kupedulikan seluruh rasa nyeri di sekujur tubuhku akibat benturan dan terjatuh saat sparing futsal dengan HME kemarin malam.  Kupercepat langkahku, aku terlambat datang ke UBALA karena rapat kominfo berlangsung lebih lama 1 jam 15 menit dari yang diagendakan.

Hari ini, akhirnya aku merasakan kembali menjadi mahasiswa.  Hari ini aku merasakan semangat mahasiswa.  Hari sudah malam, setumpuk tugas menantiku malam ini.  Tapi, tanpa beban aku melangkah karena bagiku kini diriku bukan hanya untuk berkutat untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk saja.

Hey, tugas-tugas, kamu memang banyak! Tiada henti datang bertubi-tubi hingga pengunjung akhir semester.  Tapi, aku berkomitmen pada diriku sendiri, bahwa gunungan dirimu wahai tugas tidak boleh mengubahku menjadi robot.  Aku ini manusia wahai tugas. Aku adalah makhluk sosial.  Tidak akan kucampakkan Tuhanku,keluargaku, teman-temanku, dan tanggung jawabku di organisasi hanya untuk mendewakanmu.

Di UBALA aku bertemu dengan keluarga-keluargaku, sesama mahasiswa yang berasal dari daerah Lampung.  Sekre terlihat lebih bersih dan nyaman dibanding akhir-akhir ini yang lebih mirip gudang.  Sayang, aku tidak turut berpartisipasi membersihkan rumah kecil kami di kampus.  Setelah berkeliling Sunken Court membagikan Soul Of Campus Kabinet KM ITB edisi kedua, aku memutuskan bergabung untuk makan malam bersama teman2 UBALA 2009.  Meskipun, aku kurang sreg dengan tempat yang dituju, restoran junkfood ternama.  Ahh, yang terpenting adalah kebersamaannya batinku dalam hati.  Rasanya sudah lama sekali aku tidak bercengkerama, terlebih makan bersama-sama dengan mereka.  Padahal sekitar 1 tahunan yang lalu, rasanya makan bersama menjadi sebuah rutinitas bagi kami.

Pukul 20.40 aku berpisah dengan mereka dan bergegas menuju kosan.  Teman di sebelah kamarku sudah pasti menunggu kepulanganku.  Dan oleh-oleh yang bisa kubawakan untuknya hari ini hanya sebuah masker murah 2500 perak.  Tapi, dengan penuh semangat aku melangkah dengan cepat menuju kosan untuk mengantarkan masker itu padanya.  Jika benar debu merapi telah sampai di Bandung, kuharap masker ini bisa bermanfaat untuknya.

Pukul 23.45 aku terbangun dari tidurku.  Tanpa sengaja aku tertidur di kamar temanku.  Untung saja aku terbangun.  Tugasku menanti di balik pintu kamarku.  Saat beranjak dari kasur temanku, kurasakan segenap rasa nyeri menjalar merata di seluruh tubuhku, punggung, pinggang, paha, pergelangan kaki, lengan.  Setengah terkaget, bahkan aku mendapati diriku kesulitan untuk melangkahkan kaki.  Sebegitu lelahnya kah tubuh ini, batinku.  Dengan berjalan perlahan seperti nenek-nenek yang renta aku melangkah menuju kamarku.  Saatnya berkutat dengan rutinitas mengerjakan tugas.

Kamu dan saya adalah makhluk sosial.  Sesibuk apa pun beban di pundakmu jangan lupakan itu.  Agar silaturrahim di antara kita tetap terjalin, kawan.  Hidup ini terlalu mubazir bila digunakan untuk mengeluh karena sebuah keluhan akan membawa kita untuk terus mengeluh.  Hingga suatu hari kita mendapati bahwa kita hanya mampu mengeluh dan bahkan lupa untuk mulai melangkah.

Senyumlah kawan, rasakan SEMANGAT mengalir memenuhi relung dadamu! Kita masih MUDA, kawan! Kita MAHASISWA!  Jika kelak TUA nanti semangat IDEALIS seiring waktu akan terkikis, jangan biarkan jiwa IDEALIS itu terkikis sejak saat kita masih menjadi MAHASISWA.  Karena bila mulai kini telah terkikis, masih adakah jiwa IDEALIS yang tersisa kelak di hari TUA.

Sekali lagi, kita masih MUDA dan kita MAHASISWA, kawan!  Saatnya kita BERKARYA!

Comments (28) »

POSTER KEMBANG DESA

Leave a comment »

Kembang Desa MTI ITB 2010

Comments (1) »

Ta’lim

Leave a comment »

Akhirnya, Misteri Tenggelamnya Kapal Titanic Terungkap

Republika – Kamis, 23 September

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON–Penyebab tenggelamnya kapal Titanic yang terjadi pada 1912 silam ternyata akibat kesalahan kemudi. Kapal pesiar terbesar dan termegah pada saat itu harusnya bisa diselamatkan andaikata sang kapten tidak nekad terus berlayar.

Pada 10 April 1912 RMS Titanic bertolak dari Southampton, Inggris menuju New York, namun pada pelayaran hari keempat kapal yang dibanggakan tak akan bisa tenggelam itu menabrak gunung es dan tenggelam sebelum kapal penyelamat tiba. Sekitar 1.500 penumpang tenggelam bersama kapal megah itu.

Adalah Louise Patten, seorang penulis dan cucu dari Charles Lightoller, pejabat nomor dua terpenting di kapal Titanic saat itu, yang mengungkap kejadian sebenarnya. Ia mengatakan kebenaran tentang apa yang terjadi hampir 100 tahun yang lalu telah disembunyikan karena takut menodai reputasi kakeknya, yang juga seorang pahlawan perang.

Lightoller, adalah perwira paling senior yang selamat dari kejadian itu. Namun ia menutupi kesalahan saat penyelidikan tenggelamnya kapal. Karena ia khawatir jika kecelakaan disebabkan kesalahan manusia, maka sang pemilik kapal akan bangkrut dan rekan-rekannya pun keluar dari pekerjaan.

“Padahal mereka dengan mudah bisa menghindari gunung es jika bukan karena perintah yang blunder,” kata Patten seperti dikutip Daily Telegraph. Tenggelamnya kapal Titanic yang relatif cepat itu terjadi karena pimpinan mereka memaksa kapten untuk terus berlayar usai menabrak gunung es. “Bukannya kemudi diarahkan ke sebelah kiri gunung es, pemegang kemudi, Robert Hitchins, panik dan belok ke arah yang salah.”

Patten menulis perubahan dari kapal layar tradisional menjadi kapal uap berarti ada dua sistem kemudi yang berbeda. Sistem yang satu berarti memutar roda ke satu arah dan sistem lainnya memutar ke arah yang berlawanan.

Setelah mereka sadar telah keliru, Patten menambahkan, mereka hanya memiliki empat menit untuk mengubah arah dan waktu. Perwira Pertama William Murdoch menyadari sang juru mudi salah, kemudian mencoba memperbaiki itu namun terlambat.

Kakek Patten pun ikut dalam rapat terakhir perwira kapal Titanic sebelum kapal itu tenggelam. Di sanalah jelas semua kesalahan fatal yang telah terjadi. Namun yang memperparah kondsii adalah, J. Bruce Ismay, pemilik White Star Line membujuk kapten untuk terus berlayar.

Keputusan inilah yang membuat kapal tenggelam berjam-jam lebih cepat daripada seharusnya. “Padahal kalau Titanic diam saja, ia akan bertahan paling tidak sampai kapal penyelamat datang dan tidak ada yang perlu mati,” ungkap Patten. Selama ini diketahui penyebab tenggelamnya kapal mewah itu akibat menabrak gunung es yang merobek lambung kapal yang membuat kapal rusak parah.

Sebelumnya saya pernah menulis penyebab kapal Titanic tenggelam versi dosen Material Teknik.  Ya, analisisnya berdasarkan kondisi kapalnya yang karam aja.  Nggak tahu kalo di dalamnya ada konspirasi semacam ini.  Tapi, ya belum tentu juga konspirasi di atas bener.  Pengakuan ini kan sumbernya dari manusia juga.  Wallahu’alam.

Comments (3) »

Shoya Tomizawa

Sehari sebelum lebaran kemarin, di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah Mbah Dah, si adek yang lagi nyetir memulai pembicaraan dengan cerita mengenai tragedi moto gp yang baru saja terjadi.  Waktu di Bandung saya memang jarang nonton tv dan pas di Pekalongan yang ditonton juga cuma kartun2 melulu.  Tragedi moto2 itu menewaskan seorang rider Jepang yang bernama Shoya Tomizawa.  Si adek bilang kalo Tomizawa terjatuh dari motornya dan kemudian terlindas dua kali oleh rider di belakangnya, yaitu Scot Redding dan Alex de Angelis. Saya pun langsung meringis miris, sekelebat rasa nyeri dan ngeri menjalar di dalam hati.

Lalu saya bertanya ke si adek, “Terus gimana keadaannya?”

Si adek menjawab, “Adek sama papa googling, akhirnya si Tomizwa nya meninggal.”

Saya terdiam, berpikir.  Bagaimana rasanya dilindas dua motor besar dengan kecepatan yang sangat tinggi.  Lagi-lagi rasa ngilu menjalar.

“Serem banget mbak, pas kelindes keliatannya seolah-olah badannya Tomizwa udah nggak bertulang. Jaketnya sobek,” adek saya kembali berkomentar.

Nyerr… saya merasa semakin ngilu.

Ketika kembali ke Bandung, saya mencoba browsing2 dan mencari video kecelakaan Tomizawa.  Mengenaskan memang.  Shoya Tomizawa ternyata masih sangat muda, usianya belum genap 20 tahun.  Ia lahir pada 10 Desember 1990.

shoya tomizawa Shoya Tomizawa Tumbal Moto2

Dok. http://www.motogp-mania.com

Kemudian ayah saya angkat bicara, “Yang namanya pekerjaan semacam pembalap, resikonya ya kematian di setiap pertandingannya.”

Hmm… setiap profesi punya tantangan dan resikonya masing-masing memang.  Buat orang-orang tertentu, mungkin apa sih bagusnya balapan, nggak ada bagus-bagusnya.  Bahaya iya.  Gajinya memang gede, tapi resikonya juga nggak kalah gede.  Tapi, itulah hidup.  Bagi para pembalap mungkin saat berada di atas motornya dan menelusuri sirkuit dengan secepat mungkin, ia benar-benar merasakan hidup.  Ia menemukan jiwanya.  Ia menemukan passion-nya.

The last words from me, RIP Shoya Tomizwa.

Leave a comment »

Pekalongan, Kota Sejuta Kenangan

Judulnya mungkin agak lebay ya, hhe tapi buat saya memang begitulah adanya.  Walopun cuma sekitar sekali dalam setahun saya ngunjungin Pekalongan, tapi kenangan yang ditinggalkan cukup melekat.  Mungkin karena cuma setahun sekali itu ya jadinya lebih melekat kenangannya.

Saya bukan mau bercerita tentang liburan saya di Pekalongan, tapi saya mau bercerita tentang apa aja si yang khas di Pekalongan? Hmm… mungkin selama ini orang-orang tahunya cuma batik aja ya.  Padahal masih ada hal-hal menarik lainnya yang bisa dibungkus dari Pekalongan.  🙂

1. Batik Pekalongan

Pekalongan dijuluki kota batik, makanya nggak heran dong kalo di berbagai penjuru Pekalongan dijumpai toko atau pengrajin batik.  Di Pasar Sentiling yang sekarang udah jadi satu sama pusat belanja Borobudur, kita bisa menjumpai banyak pedagang batik.  Yang lagi trend di Pekalongan sekarang, batik di jual di semacam galeri/ butik gitu. Di sepanjang jalan menuju Pekajangan sekarang mulai berjejer toko2 yang menjual batik.  Kalo mau murah, mendingan beli ke pengrajinnya langsung.  Di daerah Buaran setahu saya banyak pengrajin batik.  Batik-batik dari Pekalongan ini nggak cuma dijual di Pekalongan aja, tapi juga dijual di berbagai daerah lainnya, seperti Solo, Jogja, Bandung, dll.  Trend batik yang diproduksi sekarang nggak cuma batik cap aja lho, tapi juga ada batik yang dibuat dengan menggunakan obat, sehingga corak warna yang ditimbulkan semakin estestis ( istilahnya ‘main obat’ ).

2. Sego Megono

Bukan orang Pekalongan namanya kalo belum makan sego megono, hehe.  Harganya? Murah e puoll. Dengan merogoh seribu rupiah saja kita sudah dapat menyantap seporsi nasi plus megono.  Bahan utama megono adalah nangka muda atau yang biasa disebut gori.  Gori ini dirajang kecil-kecil ditambah parutan kelapa dan bumbu2 lainnya yang bikin megono ini jadi maknyus.  Untuk menyantap sego megono ini memang paling pas dengan tempe goreng.  Dengan model 1500 perak kita sudah bisa mencicipi sego megono plus tempe goreng.  Mantap!  Kalo di Pekalongan, salah satu warung sego megono yang terkenal adalah warungnya Pak Bon di lapangan sorogenen Pekalongan.  Selain itu, ada juga warungnya Pak H Zarkasi di Jalan Sulawesi.  Warung ini pernah masuk wisata kulinernya Pak Bondan, lho, dan tentunya komennya Pak Bondan ‘Maknyus’ dan ‘Top Markotop’.

3. Tauto

Tauto ini soto khasnya Pekalongan.  Versi aslinya sih menggunakan daging kerbau.  Nah, menu yang ditawarin ada dua, mau soto daging atau soto campur (babat+daging).  Tauto ini biasa disajikan dengan nasi atau lontong plus gorengan.  Mantaplah rasanya.  Leziis… Warung Tauto yang terkenal di Pekalongan di antaranya warungnya Pak Tjar Lam di deket alun-alun Pekalongan dan Warung Tauto PPIP di deket Masjid PPIP.  Harganya berapa yaa.. saya nggak tahu persis karena dibayarin, sekitar 9.000-11.000 rupiah kalo nggak salah.

4. Pindang Tetel

Makanan yang satu ini mirip-mirip kaya rawon sebenernya.  Disajikan dengan kuah hitam.  Yang bikin tambah maknyus, hmmm… pindang tetel ini biasa disajikan dengan tambahan kerupuk usek dan kerupuk mi.  Kerupuk usek ini adalah kerupuk yang digoreng dengan pasir, biasanya berwarna putih dan merah jambu, berbentuk kotak.  Wiii~ rasane wis pasti mantep men.  Kalo warung pindang tetel saya kurang tahu dimana-dimananya.  Soalnya biasanya kalo ke Pekalongan, si pindang tetel biasanya udah tersaji di atas meja makan. Hehe…  Deket rumah bulik saya yang di Pekajangan ada tuh warung pindang tetel yang mantap, tapi saya juga kurang tahu persisnya dimana.

5.  Kluban Botok

Yang satu ini hampir sejenis urap.  Sayuran disajikan dengan parutan kelapa.  Tapi, kalo dari yang saya liat bedanya kluban botok sama urap adalah kalo kluban botok itu lebih basah, alias sedikit lebih berkuah.  Seperti pindang tetel, kerupuk mi dan kerupuk usek juga jadi partner sejati untuk menyantap kluban botok.  Makin mantap juga bila disertai dengan gorengan tentunya.  Cara makannya yang paling maknyus, yaitu dengan menggunakan tangan langsung, tanpa sendok, meskipun lumayan basah.

Apalagi ya yang khas…. Hmmm… mungkin segini dulu, nanti tambahan hal-hal menariknya mungkin akan menyusul, hehe…

Selamat berkunjung ke Pekalongan!

Comments (4) »

So Sweet…

Comments (3) »

Mengapa Harus Saling Menghina?

Pagi ini, saat membuka homepage Facebook, saya menemukan sebuah link yang dishare oleh salah seorang teman.  Dilatarbelakangi rasa penasaran, saya pun meng-klik link tersebut.  Sekian detik kemudian, muncullah sebuah blog yang dari judulnya saja menurut saya sudah sangat tidak pantas.

Isi keseluruhan blog itu pun selaras dengan judulnya yang tidak pantas.  Isi blog itu hanyalah berbagai umpatan, makian, dan cacian terhadap tanah air, Republik Indonesia.  Sedangkan selebihnya menggambarkan kebanggaan penulis terhadap negaranya sendiri, M******* dan selalu diiringi dengan perbandingan antara negaranya dan Indonesia.  Sudah tentu, lagi-lagi ia pun hanya menulis segala kejelekkan Indonesia.  Bila ditilik dari bahasa yang digunakan dalam penulisan blog tersebut, dapat disimpulkan bahwa si penulis memang berasal dari negara tetangga Indonesia.

Membaca blog tersebut secara sekilas sudah tentu memancing emosi, tapi saya ingat saya sedang shaum.  Saya berusaha untuk cerdas dan tetap berkepala dingin sambil terus beristighfar.  Tapi, sebuah statement pada salah satu artikelnya tiba-tiba membuat air mata saya meleleh begitu saja.  Sebuah statement yang menghina seluruh wanita bangsa ini.  Di dalam blog itu saya menjumpai sebuah statement yang mengatakan bahwa ‘semua wanita bangsa Indonesia adalah pela*ur’ dan diiringi kata-kata menyakitkan lainnya.  Rasanya sakit sekali ketika ada kata ‘semua’ di sana.  Tidakkah orang itu memahami makna penulisan ‘semua’? Yang membuat saya sakit tidak hanya karena saya sendiri adalah seorang wanita, tapi saya juga terlahir dari rahim seorang wanita.  Saya memiliki banyak sanak saudara wanita, teman-teman wanita.  Dan kami tidaklah seperti itu.

“Jika si penulis adalah seorang laki-laki, apakah dia lupa bahwa dia pun terlahir ke dunia dari rahim seorang wanita?  Jika si penulis adalah seorang wanita, apakah hatinya telah begitu dibutakan, hingga ia tega menghina saudaranya sendiri sesama wanita?

Sepanjang menulis tulisan ini air mata saya masih terus meleleh.  Terlebih saat saya membaca komen di bawah postingan tersebut.  Kebanyakan komen tersebut berasal dari masyarakat Indonesia.  Yang membuat saya miris adalah sebagian komen menggunaan kata-kata kotor, seperti yang dilakukan oleh si penulis blog.  Saya mengerti bahwa tulisan itu pasti sangat memicu amarah, tapi jika kita membalasnya dengan cara yang serupa, apa yang membedakan kita dengan si penulis.  Jika kita tidak dapat menuliskan sesuatu yang baik dan bermanfaat, lebih baik diam, tidak perlu menuliskan komen-komen yang justru semakin memperkeruh suasana.  Cukup kita yakini dan kita buktikan bahwa kita tidak seburuk yang penulis tersebut katakan.

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya.” (Al Qashash: 55)

Saya akui tingkat korupsi di Indonesia memang tinggi, tapi apakah dapat dikatakan bahwa semua masyarakat korupsi? TIDAK.  Di luar sana masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah kemisikinan.  Lalu, tapi apakah karena jeratan kemisikinan menjadikan wanita Indonesia menjual dirinya? TIDAK.  Masih banyak ibu-ibu mulia yang menderita kekurangan di luar sana yang menjadi TKW, tapi tetap menempuh jalur yang halal dan terus berjuang demi keluarganya.  Apa salahnya menjadi TKW? Toh, pekerjaan itu mulia.  Toh, mereka menjadi TKW karena negara yang menjadi negara tempat mereka mencari nafkah pun memang membutuhkan.  Lantaspakah kemisikinan menjadikan mereka semua maling? TIDAK.  Masih banyak yang tetap bersabar dan Allah senantiasa berada di dalam hati mereka.  Dalam kesulitan mereka tetap terus bertawakal kepada Allah.  Dalam kesulitan mereka tetap tersenyum.

Semoga mata hati si penulis dibukakan.  Apa keuntungan yang si penulis dapat dengan menulis hal-hal tidak bermanfaat seperti itu? Saya rasa tidak ada.  Selebihnya, tulisan itu hanya dapat menyakiti hati orang-orang terkait yang membacanya.

PS : Saya sengaja tidak menampilkan link blog tersebut di sini.  Saya rasa tidak perlu.  Tidak ada untungnya.

Comments (2) »

Puting Beliung di Langit Bandung

Kamis sore, setelah selesai dengan segala urusan tugas, saya dan Aisha bergegas menuju kosan untuk menaruh laptop.  Setelah sholat Ashar dan mengeprint OPC di DU, kami bergegas menuju Andi’s Travel di dekat Istana Plaza untuk memesan tiket ke Pekalongan.

Seusai memesan tiket, kami segera menuju pusat perbelanjaan Balubur di seberang Gedung Annex.  Itung-itung Ngabuburit pikirku.  Sudah lama nggak ngerasain pulang sore (biasanya malem baru ninggalin kampus).  Sekitar jam 17.00 kami tiba di pusat perbelanjaan Balubur.  Setelah mengganti baterai kalkulator dan membeli sebuah penggaris untuk Aisha, kami berkeliling-keliling sejenak.  Kebanyakan toko-toko memang sudah tutup.  Tiba-tiba saja angin berhembus dengan kencang.  Saking kencangnya, beberapa manekin di pertokoan jatuh bergulingan ke lantai.  Saat itu aku masih belum merasakan sesuatu hal yang aneh.  Dalam hatiku aku bergumam ‘Angin daerah Kebon Bibit sini gede juga ya’.

Sekitar pukul 17.30 kami menuju pelataran parkir.  Saat itu aku mulai merasakan keganjilan.  Angin yang berhembus ke arahku terasa begitu kencang.  Saat itu langit sudah sangat pekat.  Butiran hujan mulai menetes. Butiran air yang menetes relatif besar, tapi anehnya hujan turun dengan tidak merata.  Aku semakin merasa heran ketika di depan pintu parkir keluar, terlihat sekerumunan orang-orang menengadah ke langit.  Beberapa bahkan terlihat mengarahkan kamera ponselnya ke langit.  Sontak aku refleks memandang ke arah langit.  Aku melihat semacam lempengan-lempengan berputar-putar di langit, di atas pusat perbelanjaan Balubur (arah barat).  Ada yang aneh.  Tapi, aku memilih untuk diam karena kami harus segera bergegas bila tidak ingin basah kuyup karena guyuran hujan.

Saat akan membayar parkir, Aisha bertanya kepada penjaga pintu parkir, “Ada apa ya, Pak?”

“Itu ada puting beliung” jawab si bapak.

“Tahu darimana, Pak?” Aisha kembali bertanya.

“Itu liat aja ke atas,” si bapak kembali menjawab sambil menunjuk ke atas.

Pemandangan yang kulihat masih sama seperti sebelum aku menaiki motor, tetapi kali ini aku memandang langit dengan hati berdebar.  Segenap kengerian menjalar. Langit yang kulihat semakin pekat dan aku merasa langit pekat itu kian mendekat.  Sebenarnya,  kami  sangat ingin tetap berdiri di sana dan memandangi pusaran angin itu, meski dilingkupi perasaan was-was.  Namun, hari sudah semakin senja dan waktu berbuka hampir tiba.  Di pinggiran Jalan Tamansari-Sulanjana kulihat kerumunan orang menatap ke arah barat memandangi pusaran angin.  Akhirnya motor yang dikendalikan Aisha terus melaju ke arah Dago, sudah waktunya mencari tempat untuk berbuka.

Ternyata pada hari Kamis, 26 Agustus 2010 kemarin memang terjadi puting beliung di Bandung.  Beberapa warta dunia maya telah mengepost tulisan mengenai kejadian ini.  Puting beliung ini merupakan gabungan dari 2 angin puyuh yang menjadi satu.  Angin yang lebih besar berasal dari arah jembatan Pasopati.  Angin puting beliung ini berlangsung selama 15-20 menit.  Genteng-genteng bertebaran di udara, bahkan salah satu kios gorengan rubuh dan jatuh ke sungai.  Untungnya kejadian ini tidak menelan korban jiwa.  Beberapa rumah permanen maupun semi permanen dikabarkan mengalami kerusakan. Saat adzan Maghrib angin ini sudah tidak terlihat lagi.

Foto2 dok. buridx anak IT Telkom (Kaskuser)

Comments (2) »